Di tengah geliat pasar modern
dan pusat perbelanjaan yang makin atraktif, muncul fenomena sosial yang kini
menjadi istilah populer di kalangan pedagang dan masyarakat: Rojali, Rohana,
dan Roh Halus. Tiga istilah ini bukan nama tokoh pewayangan atau sinetron, tapi
merupakan singkatan dari perilaku konsumen masa kini, Rombongan Jarang Beli,
Rombongan Hanya Nanya, dan Rombongan Hanya Ngelus. Meski terdengar lucu dan
kreatif, istilah-istilah ini mencerminkan dinamika ekonomi dan gaya hidup
masyarakat saat ini.
Fenomena ini banyak dialami
oleh pelaku usaha di pasar tradisional maupun pusat perbelanjaan modern. Tidak
jarang sekelompok orang datang bersama-sama ke toko, terlihat antusias memilih
barang, bertanya detail, bahkan mencoba atau menyentuh produk, namun akhirnya
tak ada transaksi yang terjadi. Bagi pedagang, ini bisa menimbulkan kelelahan
emosional dan harapan palsu akan penjualan yang tinggi.
Namun di sisi lain,
keberadaan "rojali dan rohana" juga bisa menjadi peluang tak
langsung. Kehadiran mereka tetap menciptakan keramaian dan traffic pengunjung
yang bisa memberi kesan toko atau pasar tersebut ramai dan layak dikunjungi.
Bahkan, sebagian dari mereka sengaja datang hanya untuk membuat konten media
sosial atau sekadar mencari inspirasi tanpa niat membeli.
Sosiolog menilai bahwa
perilaku ini muncul dari perubahan pola konsumsi masyarakat. Faktor ekonomi
yang tidak menentu, ditambah dengan gaya hidup visual di media sosial, membuat
banyak orang lebih suka "window shopping" daripada melakukan pembelian
nyata. Konsumen saat ini lebih cerdas dan selektif, bahkan tak jarang hanya
membandingkan harga lalu membeli secara online setelahnya.
Dari sisi pelaku usaha, perlu
adanya adaptasi. Pendekatan promosi yang lebih emosional, pelayanan yang ramah
meski pengunjung hanya bertanya, serta kemampuan membangun interaksi jangka
panjang bisa menjadi solusi. Bisa jadi hari ini mereka hanya "rohana",
tapi jika kesan yang ditinggalkan positif, besok mereka bisa kembali sebagai
pembeli setia.
Fenomena Rojali, Rohana, dan
Roh Halus memang nyata, lucu, sekaligus penuh makna. Di balik tawa, tersimpan
pelajaran penting bagi dunia usaha: bahwa konsumen tidak hanya datang untuk
belanja, tapi juga membawa harapan, opini, dan potensi. Maka, dalam menghadapi
mereka, yang dibutuhkan bukan sekadar etalase cantik, tapi juga kesabaran,
kreativitas, dan strategi pelayanan yang tulus.
Viewers