terangkita.com - Di era digital saat ini,
istilah big data bukan lagi sekadar jargon teknologi, melainkan sebuah
kekuatan baru yang mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Dari
sektor bisnis, pendidikan, kesehatan, hingga pemerintahan, big data menjadi
fondasi pengambilan keputusan berbasis informasi yang lebih akurat dan
prediktif.
Konsep big data sebenarnya
telah muncul sejak tahun 1960-an, ketika penyimpanan digital mulai digunakan
dan kebutuhan untuk mengolah data dalam jumlah besar meningkat. Istilah big
data sendiri mulai populer pada awal 2000-an, saat perusahaan teknologi
seperti Google, Amazon, dan Facebook menghadapi lonjakan data dalam skala
eksponensial.
Perkembangan big data
ditandai dengan meningkatnya volume, variasi, dan kecepatan data—dikenal dengan
istilah 3V (Volume, Variety, Velocity). Seiring waktu, definisi ini
berkembang menjadi 5V, dengan tambahan Veracity (keakuratan) dan Value
(nilai). Inilah yang menjadikan big data semakin relevan dalam dunia bisnis
maupun akademik.
Kemajuan teknologi komputasi
awan (cloud computing), machine learning, dan Internet of
Things (IoT) menjadi tulang punggung big data. Kehadiran platform seperti
Hadoop dan Spark memungkinkan pengolahan data berskala besar dengan lebih cepat
dan efisien. Selain itu, kecerdasan buatan (AI) semakin memperkuat kemampuan
analisis big data.
Dalam sektor kesehatan, big
data digunakan untuk memprediksi penyebaran penyakit dan personalisasi
perawatan pasien. Di bidang bisnis, perusahaan menggunakannya untuk memahami
perilaku konsumen dan menyusun strategi pemasaran. Sementara di pemerintahan, big
data mendukung kebijakan publik berbasis bukti (evidence-based policy).
Ke depan, big data akan
semakin berperan penting dalam pengembangan smart city, transportasi
cerdas, hingga sistem pendidikan adaptif. Tren integrasi dengan teknologi quantum
computing juga diprediksi akan membawa lompatan besar dalam kecepatan
analisis data. Dunia akan bergerak menuju era di mana setiap keputusan
strategis dilandasi analisis data mendalam.
Namun, besarnya potensi big
data juga menghadirkan tantangan serius, khususnya dalam hal privasi dan
keamanan. Kebocoran data pribadi, penyalahgunaan informasi, hingga manipulasi
opini publik melalui data menjadi risiko nyata yang perlu diantisipasi. Regulasi
perlindungan data seperti GDPR di Eropa menjadi acuan global yang semakin
penting.
Selain isu etika,
keterbatasan infrastruktur teknologi di beberapa negara berkembang menjadi
hambatan tersendiri. Biaya tinggi dalam pengadaan perangkat keras, jaringan
berkecepatan tinggi, serta tenaga ahli data science membuat adopsi big data
belum merata di seluruh dunia.
Untuk menjawab tantangan
tersebut, dunia pendidikan memiliki peran penting dalam melahirkan sumber daya
manusia yang melek big data. Program studi terkait data science, analitik, dan
AI kini semakin banyak ditawarkan perguruan tinggi untuk menyiapkan generasi
yang mampu mengelola dan memanfaatkan big data.
Big data bukan sekadar teknologi, melainkan sebuah revolusi dalam cara manusia memandang dan mengelola informasi. Sejarah panjangnya menunjukkan bahwa setiap inovasi membawa peluang sekaligus tantangan. Dengan pengelolaan yang bijak, big data dapat menjadi motor penggerak transformasi digital menuju masa depan yang lebih cerdas, inklusif, dan berkelanjutan.
Penulis: Johanes Terang Kita Perangin Angin, (Dosen tetap di STMIK TIME dan Peneliti)
Viewers