Tokyo, 25 Agustus 2025 - Jepang
kembali menjadi sorotan dunia dengan langkah revolusioner dalam menghadapi
maraknya misinformasi di era digital. Konsorsium teknologi yang beranggotakan
perusahaan besar, lembaga riset, dan universitas terkemuka resmi mengembangkan
kecerdasan buatan (AI) khusus untuk memeriksa dan memverifikasi kebenaran
informasi.
Konsorsium ini dipimpin oleh
Fujitsu bersama National Institute of Informatics (NII), NEC Corporation, serta
universitas-universitas ternama seperti University of Tokyo dan Osaka
University. Mereka berkolaborasi dengan dukungan penuh pemerintah Jepang untuk
menciptakan sistem pemeriksa fakta berbasis AI yang andal dan transparan.
Tujuan utama proyek ini
adalah menghadirkan platform yang mampu mendeteksi hoaks dalam berbagai bentuk,
baik teks, gambar manipulatif, hingga deepfake. AI ini akan mengumpulkan bukti,
menganalisis kredibilitas sumber, dan menyajikan penilaian secara cepat agar
masyarakat tidak terjebak dalam informasi palsu.
Pemerintah Jepang melalui
NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization) turut
menggelontorkan dana besar, yakni sekitar 6 miliar yen atau setara Rp660
miliar, untuk mendukung proyek ini. Anggaran tersebut diproyeksikan cukup untuk
riset, pengembangan, hingga implementasi sistem dalam dua tahun mendatang.
Dalam uji coba awal,
teknologi ini sukses mengidentifikasi kabar bohong tentang adanya “pencuri
asing” di lokasi gempa Noto. Dalam hitungan detik, sistem langsung memberikan
label “Salah” disertai bukti artikel dari media kredibel. Hasil ini membuktikan
bahwa AI dapat mempercepat proses verifikasi yang biasanya membutuhkan waktu
panjang jika dilakukan manual.
Fujitsu dan NEC menekankan
bahwa AI ini bukan hanya tentang mendeteksi konten palsu, melainkan juga
membangun kepercayaan publik. Sistem akan memanfaatkan pemrosesan bahasa alami,
analisis multimodal, hingga algoritma grafis yang bisa menampilkan hubungan
antar bukti sehingga lebih mudah dipahami masyarakat.
Proyek ini dijadwalkan
rampung pada akhir tahun fiskal 2025. Konsorsium optimis teknologi ini bisa
segera diintegrasikan dengan platform berita, media sosial, dan lembaga
pemeriksa fakta. Harapannya, masyarakat dapat langsung melihat indikator
keaslian suatu informasi sebelum mempercayai atau menyebarkannya.
Selain itu, NEC tengah
mendemonstrasikan sistem pendukung pemeriksaan fakta dengan melibatkan Japan
Fact-Check Center. Kolaborasi ini diharapkan menjadi standar baru bagi media
dan jurnalis dalam menyajikan informasi yang kredibel dan bebas manipulasi.
Di era digital saat ini, di
mana hoaks dapat menyebar lebih cepat dari fakta, langkah Jepang dinilai
strategis dan visioner. Teknologi ini bukan sekadar alat anti-hoaks, tetapi
juga fondasi untuk menjaga demokrasi dan ketertiban sosial di tengah derasnya
arus informasi.
Dengan kehadiran AI pemeriksa
informasi, Jepang menunjukkan pada dunia bahwa teknologi bisa menjadi benteng
melawan manipulasi digital. Harapannya, langkah ini dapat menginspirasi negara
lain untuk mengembangkan sistem serupa, sehingga masyarakat global terlindungi
dari dampak berbahaya misinformasi.
Viewers